Siapakah Dzulqarnain itu? Apakah ia seorang nabi?

Dengan Nama-Nya Yang Mahatinggi

 

Pengguna Site Tanya Islam yang Budiman, 

Nama Dzulqarnain disebutkan dalam surah al-Kahf. Sejarah
dan nasibnya dijelaskan sekaitan dengan Ya’juj dan Ma’juj (Gog and Magog).[1]

Terdapat banyak perbedaan pendapat di kalangan penafsir
dan sejarawan terkait dengan tinjauan sejarah siapakah Dzulqarnain ini dan di
antara para tokoh besar sejarah mana yang lebih cocok untuk pribadi Dzulqarnain
ini.  Nampaknya pertama-tama kita harus
menjelaskan tipologi personal Dzulqarnain dan selepas itu kita lihat dengan
tokoh sejarah yang mana yang lebih cocok untuk pribadi Dzulqarnain. 

Sebaik-baik literatur terkait dengan tipologi Dzulqarnain
adalah al-Qur’an dimana al-Qur’an menyebutkan sifat-sifat utama Dzulqarnain
sebagai berikut:

1.    Allah meletakkan sarana dan faktor-faktor kemenangan di
tangannya.[2]
 

2.   
Ia mempunyai tiga
ekspedisi penting: pertama, ke belahan barat, setelah itu ke belahan
timur, dan akhirnya ke daerah-daerah yang terdapat barisan pegunungan. Ia
senantiasa berhadapan dengan berbagai kaum pada setiap ekspedisi ini.[3]

3.   
Ia seorang pria
mukmin yang bertauhid, penyayang, dan tidak menyimpang dari jalan keadilan.
Dengan alasan ini, ia mendapatkan perhatian yang khusus dari Allah swt.
Sosoknya adalah sahabat bagi para budiman dan pembuat kebajikan, tetapi musuh
bagi para perusak dan pembuat kejahatan. Ia pun tidak menyukai kekayaan dan
harta dunia.[4]

4.   
Ia mempunyai iman yang kuat kepada Allah dan meyakini
adanya Hari Kebangkitan.[5]

5.   
Ia adalah
pembangun salah satu
tembok
(benteng) yang paling penting dan paling kuat, sebuah tembok yang terbuat dari
besi dan tembaga sebagai pengganti konstruksi batu dan bata (dan apabila
terdapat bahan bangunan lain di dalam bangunan tersebut, maka semua berada di
bawah konstruksi kedua bahan bangunan utama ini). Tujuannya membangun
tembok ini adalah untuk
membantu kelompok-kelompok lemah dalam menghadapi kekejaman dan kejahatan kaum
penentang dan pemberontak.[6]

6.   
Ia adalah
seseorang tokoh yang namanya telah terkenal di kalangan sebagian kaum sebelum
turunnya Al-Qur’an. Oleh karena itu, kaum Quraisy atau Yahudi pernah menanyakan
hal tersebut kepada Rasulullah
Saw.[7]
Sebagaimana firman Allah Swt, Mereka menanyakan
kepadamu tentang Dzul Qarnain.
(Qs.
al-Kahf [18]:83)

 

Dengan
memperhatikan beberapa tipologi yang disebutkan al-Qur’an, lalu Dzulqarnain
lebih cocok dengan tokoh penakluk sejarah yang mana? Dalam hal ini, terdapat
beberapa pandangan dimana yang paling penting dari beberapa pandangan tersebut
terdapat tiga pandangan:

Pertama,  Alexander Macedonia (Great Alexander).
Sebagian orang memberinya
nama
Alexander Dzulqarnain. Usianya tidak lebih dari
36 tahun. Jasadnya dibawa ke Iskandariyah dan dikebumikan di tempat tersebut.[8]
Akan tetapi, pendapat ini tertolak karena Alexander adalah seorang musyrik dan
penyembah berhala bahkan pada akhir-akhir usianya sebagai hasil kemenangannya
atas Achaemenid, ia mengklaim diri sebagai Tuhan. Ia berseberangan dengan apa
yang disebut dalam al-Qur’an.[9]

Kedua, sebagian dari sejarawan memandang bahwa Dzulqarnain itu adalah salah
seorang
Raja Yaman. Menurut pandangan ini, tembok yang
dibangun oleh Dzulqarnain adalah tanggul yang terkenal “Ma’rib” (The Ma’rib
Dam
).[10]

Pandangan ini juga memiliki cela karena tanggul “Ma’rib”
(The Ma’rib Dam) di Yaman adalah sebuah tembok yang tidak sesuai dengan
ciri-ciri yang disebutkan al-Qur’an terkait dengan tembok Dzulqarnain (Wall
of Dzulqarnain
) karena tembok Dzulqarnain yang dibangun oleh Dzulqarnain
sesuai dengan al-Qur’an dibuat dari besi dan tembaga.
Tembok itu dibangun untuk menghalau
serangan kaum barbar. Sementara tanggul Ma’rib dibangun dengan konstruksi biasa
untuk mengumpulkan air dan mengantisipasi terjadinya banjir.[11]
Kedua, di  Yaman terdapat beberapa raja
yang dikenal sebagai Dzulqarnain, dan tidak jelas apakah mereka itu adalah
orang-orang beriman atau tidak![12]

Pendapat
ketiga
adalah Cyrus Agung
(Cyrus The Great) yang dikenal sebagai pendapat paling baru.  Pendapat ini dilontarkan oleh ilmuwan masyhur
Islam Abul Kalam Azad.

Kebanyakan orang lebih
fokus pada pendapat ini.[13]
Cyrus adalah seorang Iran
dan hidup pada masa Dinasti Achaemenid,
abad keenam sebelum miladi (BC).
Sebuah dinasti yang
menyediakan kapasitas dan ruang bagi terbinanya pribadi Ilahi seperti
Dzulqarnain. Dalam hal ajaran dan kebudayaan monoteistik, Cyrus menganut ajaran
tauhid asli Iran dan tauhid yang belum terdistorsi oleh orang-orang yang ingin semata-mata
mengejar upah yang pada saat itu hal ini sangat banyak ditemukan pada dataran
tinggi Iran dan di kalangan orang-orang Iran, Timur dan Barat.[14]

 

Beberapa
alasan Dzulqarnain itu adalah Cyrus

1.   
Cyrus adalah seorang mukmin, mengenal dan mengesakan
Tuhan.

2.   
Cyrus adalah seorang raja yang adil, ramah kepada warga,
pemurah dan budiman.

3.   
Terkait dengan musuh, ia adalah seorang politikus dan tegas.

4.   
Tuhan memberikan segala sebab kepadanya untuk mencapai
kemenangan.

5.   
Agama, akal, keutamaan akhlak, kekayaan, keagunganseluruhnya
menyatu dalam dirinya.

6.   
Cyrus mengerahkan pasukan ke wilayah Barat dan
mendominasi daerah Lydia (Anatolia) dan sekitarnya.

7.   
Cyrus kembali bergerak ke arah Timur dan sampai pada Mathila’
al-Syams
” dan berjumpa dengan seorang bermukim di sahara dan barbar.

8.   
Demikian juga, Cyrus membangun tembok dan tembok ini
terletak pada lembah Darial (Darial Gorge, Rusia) dan di antara pegunungan
Kaukasus dan dekat kota
Tblisi (Georgia).[15]

 

Disebutkan
bahwa gelar Dzulqarnain di samping disebutkan dalam al-Qur’an juga dinyatakan
dalam Taurat. Sejatinya hubungan dua sumber ini khususnya tentang Dzulqarnain
bermula dari sebab pewahyuan (sya’n al-nuzul) ayat-ayat terkait dengan
Dzulqarnain, adalah pengajuan pertanyaan ““Mereka menanyakan
kepadamu tentang Dzul Qarnain.”

(Qs. al-Kahf [18]:83) Pertanyaan ini diajukan oleh Yahudi sendiri atau Quraish
dengan provokasi Yahudi kepada Rasulullah Saw dan mereka ingin menyulitkan
Rasulullah Saw dengan pertanyaan pelik seperti ini. Melalui jalan seperti ini mereka
hendak menaklukkan Rasulullah Saw sehingga menggerus kenabiannya. Karena itu,
secara pasti, Dzulqarnain yang disebutkan dalam al-Qur’an adalah Dzulqarnain
yang disebutkan dalam Taurat. Ciri-cirinya yang dinyatakan dalam al-Qur’an dan
Taurat jelas.

Objek luaran (mishdaq)
Dzulqarnain dalam Taurat sangat jelas. Dzulqarnain adalah Cyrus, Raja Persia
lantaran ia merealisasikan visi (nubuat) Daniel dalam bentuk domba bertanduk
dua, satu sisi menanduk ke Timur dan lainnya ke Barat. Hal ini merupakan kiasan
bahwa ia akan menaklukkan Timur dan Barat, sebagaimana nubuat Yesaya bahwa
Cyrus itu adalah “Elang Timur” yaitu panglima yang tajam cengkeramannya dan
penyerang dari Timur.[16]

Abul Kalam Azad
Hindi berkata, “Boleh jadi visi Daniel merupakan sebuah kisah rekaan. Akan tetapi,
apa yang disebutkan secara pasti dalam al-Qur’an merupakan sebuah kisah riil
dan nyata. Sejarawan kiwari memberikan kesaksian atas kepribadian tinggi, sifat
adil dan utama yang dimiliki oleh Cyrus.”[17]

 

Hubungan
Cyrus dan Dua Tanduk

Pada abad 19 di
dekat kolam di samping sungai kecil Morghab (Tajikistan) ditemukan patung Cyrus
yang seukuran badan manusia dan menunjukkan bahwa Cyrus memiliki dua sayap
seperti sayap elang dari dua sisinya terbuka, dan mengenakan mahkota dan
memiliki dua tanduk seperti tanduk domba. Patung ini merupakan contoh paling
bernilai seni ukiran kuno sedemikian menarik perhatian para ilmuwan sehingga
sekelompok ilmuwan Jerman datang ke Iran hanya untuk melihat patung
tersebut.

Dari pencocokan
yang tertuang dalam kitab suci dengan ciri-ciri patung ini maka kemungkinan
yang diberikan sejarawan semakin kuat dengan penamaan Cyrus sebagai Dzulqarnain
(pemilik dua tanduk). Demikian juga mengapa patung batu Cyrus memiliki dua
sayap seperti sayap elang. Atas dasar ini, sebagian ilmuwan memeluk Islam dan
menjadi Muslim karena pribadi historis Dzulqarnain dapat diketahui dengan jalan
ini.[18] 

Para sejarawan juga menulis sifat-sifat
etis Cyrus seperti yang ditulis oleh Herodotus, sejarawan Yunani, “Cyrus adalah
seorang raja mulia, senang berseloroh, lembut dan pemurah. Ia tidak seperti
raja-raja lainnya dalam mengeluarkan harta.”[19]

Juga Nouwen
menulis, “Cyrus adalah seorang raja yang arif dan penyayang. Sifat kebesaran
para raja dan keutamaan para arif berkumpul dalam dirinya. Ia mempunyai sifat
kepedulian yang dimiliki oleh para petinggi, penampilannya wajar, syair-syair
yang dimilikinya menunjukkan rasa kemanusiaan, dan wujudnya adalah lambang
keadilan dan kerendahan hati. Sifat dermawan yang berada di dalam dirinya telah
menggantikan kesombongan dan rasa bangganya.”[20]

Berdasarkan apa
yang disebutkan di atas tidak ragu lagi bahwa Dzulqarnain adalah Cyrus Achaemenid
(Khurush Hakhâmânasyi). Dewasa ini kebanyakan sejarawan dan
penafsir sampai pada kesimpulan ini dan menyokong pandangan ini bahwa
Dzulqarnain yang disebutkan dalam al-Qur’an dan Taurat itu satu dan tanpa ragu
Dzulqarnain itu adalah Cyrus Agung (Cyrus the Great).

 

Apakah Cyrus itu Seorang Nabi?

Para penafsir mengungkapkan ragam
pendapat dalam hal ini. Sesuai dengan penjelasan Allamah Thabathabai, pada
sebagian riwayat, ia diperkenalkan sebagai manusia[21]
dan sebagian lainnya memandangnya sebagai seorang malaikat langit.[22]
Secara umum para penafsir meyakini bahwa ia berasal dari golongan manusia dan
banyak riwayat yang menyebutkan bahwa ia bukan seorang nabi melainkan seorang
hamba shaleh.

Imam
Baqir As bersabda, “
“Dzulqarnain bukan seorang nabi
melainkan seorang hamba yang saleh yang dicintai oleh Allah Swt.
[23] [Tanya Islam.Net]

 

Sumber: Islam Quest



[1]  Ihwal kisah Ya’juj dan Ma’juj silahkan Anda
lihat, Pertanyaan 2241 (Site:2699)

[2]. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan
Kami telah menyediakan sebab segala sesuatu baginya.
(Qs. Al-Kahf [18]:84)

[3]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir
Nemune
, jil. 12, hal. 544, Dar al-Kitab al-Islamiyah, Capkhaneh Khursyid,
Cetakan Keempat, 1363 S. ayat 86, 90 dan 93.  

[4]. Tafsir Nemune, jil. 12, hal.
544 (ayat 88, 95 dan 98).  

[5].  Tafsir Nemune, jil. 12, hal. 545 (ayat
98). 

[6]. Tafsir Nemune, jil. 12, hal.
545 (ayat 94-96).   

[7]. Tafsir Nemune, jil. 12, hal.
545.   

[8]. Tafsir Nemune, jil. 12, hal.
542.

[9]
Tafsir Nemune, jil. 12, hal. 543.

[10]. Tafsir Nemune, jil. 12, hal.
542.

[11]. Tafsir Nemune, jil. 12, hal.
543.

[12]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, Tafsir
al-Mizân
, terjemahan Persia, Sayid Muhammad Baqir Musawi Hamadani, jil. 13,
tafsir surah Kahf (18), berkenaan dengan pembahasan riwayat ayat terkait,
Markaz-e Nasyr Farhanggi Raja.  

[13]. Tafsir Nemune, jil. 12, hal.
543; Tafsir al-Mizân, jil. 13, tafsir Surah al-Kahf, berkenaan dengan
pembahasan ayat terkait.  

[14]. Site Tebyan, Kitabkhaneh, bagian
pembahasan tafsir Qur’an Karim, pembahasan, “Dzulqarnain dar Qur’an Karim wa
‘Ahd ‘Atiq
.” (Dzulqarnain dalam al-Qur’an dan Perjanjian Lama).  

[15]. Tafsir al-Mizân, jil. 13,
tafsir surah al-Kahf (18), berkenaan dengan riwayat ayat terkait. Tafsir
Nemune
, jil. 12, hal. 549.  

[16].  Tafsir Nemune, jil. 12, hal. 546 dan
547; Taurat Kitab Daniel 8:20; Kitab Yesaya 46:11; Kitab Yeremia, Kitab Ezra,
Kitab Tawarikh 2, Kitab Nehemia.  

[17]. Abul Kalam Azad, Kurush Kabir
(Dzulqarnain)
, Dr. Bastani Parizi (Penerjemah), hal. 192. Majalah Besyârat,
Farvardin wa Urdibehesyt, 1384, No. 46; Sayid Mustafa Husaini Dasyti, Ma’ârif
wa Ma’ârîf
(Dânestân-hâye Islâmi), huruf dza.  

[18]. Tafsir Nemune, jil. 12, hal.
547.  

[19]. Tafsir Nemune, jil. 12, hal.
547 & 548.  

[20]. Tafsir Nemune, jil. 12, hal.
548.  

[21]. Tafsir al-Mizân, jil. 13,
tafsir surah al-Kahf (18), berkenaan dengan pembahasan riwayat pada ayat
terkait.  

[22]. Suyuthi, Tafsir Durr al-Mantsur,
jil. 4, hal. 256 dan Ibnu Katsir, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, jil. 2, hal.
103.  

[23]. Tafsir Nur al-Tsaqalaîn, jil.
3, hal. 294-295.

 

 

© 2024 Tanya Islam. All Rights Reserved.