Apa itu ta’lil?

Dengan Nama-Nya Yang Mahatinggi

Pengguna situs Tanya Islam yang budiman,  

Ta’lil dalam terminologi ‘Ulum al-Qur’ân (Qur’anic Studies) bermakna bahwa seorang pembicara (mutakallim) ingin menjelaskan sebuah hukum yang berlaku atau kejadian yang akan berlaku namun sebelum menjelaskan hukumnya, ia menjelaskan sebab (illah) terjadinya hukum tersebut; karena tingkatan sebab (illah) lebih dahulu sebelum tingkatan akibat (ma’lul);[1] seperti yang disebutkan dalam surah al-Anfal, “Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah (bahwa Dia tidak akan menyiksa suatu umat tanpa peringatan terlebih dahulu), niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tawanan yang kamu ambil itu.” (Qs. Al-Anfal [8]:68) 

Karena itu terdahulunya eksistensi hukum dan titah dari Allah Swt yang merupakan sebab yang menyelamatkan dari api neraka dan seperti dinyatakan dalam surah al-Hud, “Mereka berkata, “Hai Syu‘aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena kabilah kecilmu itu, tentulah kami telah merajammu, sedang kamu pun bukanlah seorang yang kuat menghadapi kami.” (Qs. Hud [11]:91) dimana adanya suku Syuaib yang menjadi sebab ia selamat dari dilempar batu.

Kegunaan ta’lil: Mengulas dan menjelaskan lebih jauh, karena watak manusia akan lebih mudah menerima hukum-hukum yang sebab-sebabnya telah dijelaskan dan kebanyakan ta’lil dalam al-Quran sesuai dengan apa yang tersirat adalah jawaban dari sebuah pertanyaan yang merupakan tuntutan dari kalimat pertamanya.[2]

Huruf-huruf ta’lil di antaranya, lam, inna, idz, ba, kei, man, dan la’ala.[3] 

Ta’lil bukanlah kebalikan atau lawan dari tafsir sehingga kita harus membedakannya melainkan ta’lil dalam ayat-ayat al-Quran merupakan salah satu unsur tafsir dan membantu penafsir dalam memberikan tafsiran atas ayat-ayat al-Quran. [tanyaislam.net]

Diadaptasi dari Islam Quest


[1]. Ibn Abi Al-Ashba’ al-Mishri, Badi’ al-Qur’ân, terjemahan Persia oleh Sayid Ali Mir Luhi, hal. 200, Astan Quds Radhawi, Masyhad, 1368 S.  

[2]. Jalaluddin Suyuthi, al-Itqân fi ‘Ulûm al-Qur’ân, jil. 2, hal. 129, Dar al-Kitab al-‘Arabi, Beirut, Cetakan Kedua, 1421 H.  

[3]. Ibid.  

© 2024 Tanya Islam. All Rights Reserved.