Mengapa sejarah yang ditulis oleh sebagian manusia (sarat dengan kesalahan) harus diterima?

Dengan Nama-Nya Yang Mahatinggi

Pengguna Situs Tanya Islam Yang Budiman

Problem yang terdapat pada pertanyaan Anda tidak hanya bertautan dengan masalah sejarah, melainkan menyangkut seluruh ilmu pengetahuan yang dibuat oleh manusia. Dengan model argumentasi seperti ini maka kita tidak dapat menerima satu pun ilmu dan pengetahuan yang dibuat oleh manusia. Dan sebagai akibatnya, seluruh sekolah dan universitas harus diliburkan.  Pendidikan dan pengajaran juga harus diberhentikan.

Tentu saja hal seperti ini tidak Anda inginkan. Karena itu, untuk menyingkirkan beberapa keburaman dalam masalah ini, kami mengajukan pertanyaan kebalikan dari pertanyaan Anda, apakah kita dapat mengandalkan berita-berita yang disiarkan oleh media-media informasi, media cetak dan elektronik, sehubungan dengan pelbagai peristiwa keseharian yang terjadi di pelbagai belahan dunia atau tidak?

Apabila jawabannya negatif (tidak), lantas bagaimana Anda menata kehidupan sosial Anda? Sebagai contoh, tepat pada waktu yang telah ditentukan, Anda ikut dalam UMPTN, atau setelah pengumuman kelulusan anda, Anda mendaftar ulang ke tempat itu dan ratusan contoh-contoh yang serupa?

Apabila Anda pasti bahwa Anda harus meyakini berita-berita seperti ini, pertanyaan lain kami adalah bahwa dengan memperhatikan seluruh berita ini, dikumpulkan dan disebarkan oleh manusia, apakah kepercayaan Anda kepada mereka, dengan penalaran yang Anda kemukakan dalam pertanyaan dapat diseragamkan?

Boleh jadi Anda berkata bahwa kita mendapatkan berita ini dari sumber-sumber yang standar atau penyebarannya dari berbagai sumber sedemikian sehingga tidak lagi menyisakan keraguan dan kesangsian. Anda yakin terhadap informasi tersebut kemudian Anda mengatur pelbagai keputusan Anda berdasarkan serangkaian berita dan informasi ini. Kalau Anda melakukan hal ini maka perilaku dan tindakan Anda adalah perilaku dan tindakan logis.

Kami yakin bahwa dalam masalah sejarah juga manusia yang berakal sehat akan melakukan cara yang sama. Tidak bertindak longgar terhadap sejarah dan menerima segala apa yang dinukil dalam buku-buku sejarah tanpa penalaran, penelitian dan memandangnya sebagai sesuatu yang sudah pasti dan juga tidak bersikap terlalu ekstrem dengan menolak seluruh dokumen sejarah hanya karena berpandangan bahwa manusia sarat dengan kesalahan.  Posisi manusia yang berakal sehat adalah dengan memilih jalan tengah dan memandang bahwa setiap tema sejarah harus ditelisik dan dianalisa dengan pandangan kritis. Apabila dalil-dalil sebuah peristiwa sejarah telah mencukupi maka peristiwa tersebut harus diterima sebagai sebuah peristiwa sejarah faktual dan kalau tidak demikian maka kita harus meragukan atau bahkan menolak seluruhnya.

Dalam pada itu, kiranya perlu dicamkan bahwa tidak seorang pun Muslim yang meyakini bahwa sejarah harus diterima secara mutlak seratus persen karena kalau demikian adanya maka kaum Muslimin tidak lagi perlu lagi menyusun disiplin ilmu seperti Rijal, Tarajim, Dirayah, Bibliograpi dan lain sebagainya. Demikian juga, seluruh analisa dan kajian tajam lagi cermat tentang masalah-masalah sejarah tidak akan pernah dikemukakan oleh para ahli, melainkan hanya mencukupkan diri dengan menelaah sejarah dan apa pun yang dikemukakan tentang sejarah, diterima tanpa ragu.

Allah Swt, dalam sebagian perkara, menyeru kita untuk menelaah karya-karya orang-orang terdahulu dan memperkenalkannya sebagai pelajaran yang harus dipetik.[1] Dan dengan satu ungkapan, masa lalu merupakan pelita jalan untuk masa depan.

Umat manusia dewasa ini juga menyadari realitas ini.  Terdapat pelbagai sentra-sentra keilmuan dan  universitas-universitas di pelbagai belahan dunia, yang Anda dapat jadikan sebagai tempat yang paling meyakinkan untuk belajar sejarah.  Kita tidak dapat meyakini bahwa kesemuanya menawarkan legenda dan takhayul.

Benar! Kita harus cermat, tajam dan teliti supaya tidak mudah menerima setiap masalah tanpa dalil dan dasar kemudian memandangnya sebagai sebuah kenyataan sejarah. Namun bersikap ekstrem atau longgar terhadap sejarah, tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan ajaran agama dan juga tertolak oleh sentra-sentra keilmuan umat manusia. [Situs Tanya Islam.Net]

diadaptasi dari Islam Quest


[1]. “Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka?”(Qs. Al-Rum [30]:9); “Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka.” (Qs. Fathir [35]: 44); “Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka.” (Qs. Ghafir [40]:21 & 82); “Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka?” (Qs. Muhammad [47]:10); “Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang-orang lelaki di antara penduduk negeri yang Kami berikan wahyu kepadanya. Maka tidakkah mereka (para penentang dakwahmu) bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)? Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Qs. Yusuf [12]:109 & 111) dan lain sebagainya..

© 2024 Tanya Islam. All Rights Reserved.