Al-Quran dalam surah al-Kahfi (18) ayat 27-28 mengatakan:
«وَ اتْلُ ما أُوحِیَ إِلَیْکَ مِنْ کِتابِ رَبِّکَ لا مُبَدِّلَ لِکَلِماتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَداً.
وَ اصْبِرْ نَفْسَکَ مَعَ الَّذینَ یَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَداةِ وَ الْعَشِیِّ یُریدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَیْناکَ عَنْهُمْ تُریدُ زینَةَ الْحَیاةِ الدُّنْیا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنا قَلْبَهُ عَنْ ذِکْرِنا وَ اتَّبَعَ هَواهُ وَ کانَ أَمْرُهُ فُرُطاً».
“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu dari kitab Tuhan-mu (Al-Quran). Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari-Nya. Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya, janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan urusannya senantiasa melewati batas.”
Ayat ini kembali pada ayat-ayat sebelumnya dari kisah Ashabul Kahfi yaitu rasa dukacita dan kesedihan Rasulullah Saw dikarenakan mengapa orang-orang tidak beriman dan tidak menerima ajakan kebenarannya.
Berkenaan dengan kesedihan Rasulullah Saw itu, al-Quran menyatakan:
«فَلَعَلَّکَ باخِعٌ نَفْسَکَ عَلى آثارِهِمْ إِنْ لَمْ یُؤْمِنُوا بِهذَا الْحَدیثِ أَسَفاً».
“Sepertinya kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, apabila mereka tidak beriman kepada keterangan (Al-Qur’an) ini.” (Qs al-Kahfi [18]:6)
Ayat-ayat yang menjadi obyek bahasan adalah Allah Swt memberikan ungkapan belasungkawa terhadap Rasulullah Saw dikarenakan dunia merupakan tempat cobaan dan ujian, sesuatu apapun yang dihiasi akan segera menjadi kering kerontang. Oleh itu tidak pantas engkau bersedih hati dan berkabung karena mereka tidak beriman dan menerima ajakanmu.
Pada periode awal Islam, umat Muslim sangat membutuhkan tenaga dan fasilitas-fasilitas, sekelompok orang-orang Arab kaya yang angkuh dan para pemuka congkak datang kepada Rasul dan sementara mereka mengacu kepada orang-orang beriman seperti Salman, Abu Dzar, Khabbab, dan yang sejenis mereka, orang-orang angkuh tersebut berkata kepada Rasul,”Hai Muhammad! Jika engkau duduk di tengah-tengah majelis dan engkau menjauhkan diri dari orang-orang seperti ini, maka kami akan datang kepadamu, namun apa yang bisa kami lakukan dengan keberadaan kelompok ini kami tak punya tempat di sini!” Pada saat itu turunlah ayat 28 dari surah al-Kahfi dan diperintahkan kepada Nabi jangan pernah mengalah pada kata-kata omong kosong dan tetap berpegang teguh dengan orang-orang yang beriman dan suci layaknya para Salman dan para Abu Dzar.
Seperti ini Allah Swt memerintahkan Nabi bahwa “
Bacakaanlah apa yang diturunkan kepadamu dari kitab Tuhanmu (Al-Quran) Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya.
Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari-Nya.” Setelah itu mengimbuhkan, “
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya, janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan urusannya senantiasa melewati batas.”Allah Swt menyatakan kepada Nabi-Nya, “Apa yang menjadi kewajiban kamu adalah sabar dan bersabar dengan kelompok miskin yang telah beriman dan orang-orang yang terus-menerus menyeru kepada Tuhan, mereka tidak memperdulikan orang-orang kafir tangguh pengingkar Tuhan yang selalu membanggakan harta kekayaan dan perhiasan kehidupan dunia mereka, karena mereka tahu perhiasan-perhiasan itu akan berubah menjadi tanah yang kering, oleh karena nya mereka selalu mengajak para pecinta dunia kepada Tuhan mereka, siapapun yang mau beriman dan yang tidak bukan menjadi tanggung jawab Rasul dan mereka tidak akan menanggunggi mereka lagi. Yang menjadi tanggung jawab Rasul adalah beliau harus menjaga diri ketika berhadapan dengan mereka, jika mereka beriman beliau dengan rasa senang dan jika mereka tidak beriman beliau jangan bersedih hati ketika berhadapan dengan mereka akan tetapi Nabi harus peringatkan pahala dan sanksi dari Tuhan.
Kesimpulan dari apa yang diuraiakan adalah bahwa pada ayat-ayat ini seperti ini Allah Swt memerintahkan Nabi bahwa “
Bacakaanlah apa yang diturunkan kepadamu dari kitab Tuhanmu (Al-Quran) Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya.
Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari-Nya.” Setelah itu mengimbuhkan “
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya, janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan urusannya senantiasa melewati batas.”[1]
[1]. Sayyid Muhammad Husain Thabathabai,
al-Mizân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 13, hal. 300-303, Nasyr Islami, Qom, 1417 H; Nasir Makarim Syirazi,
Tafsir Nemune, jil. 12, hal. 394-417, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, 1374 S; Ya’qub Ja’fari,
Kaustar, jil. 6, hal. 401-402.