Apa itu Wujud Mental
Dalam pembahasan wujud mental terdapat dua klaim yang mengemuka yang masing-masing dapat ditetapkan dengan argumentasi dan demonstrasi (burhan).
Bahwa segala sesuatu yang berada di luar pikiran (dzhin) terdapat dalam pikiran dan mental manusia; karena itu pada alam pikiran, kita memiliki entitas-entitas yang berbentuk pahaman-pahaman atau konsep-konsep. Bahwa kuiditas pahaman-pahaman atau konsep-konsep mental dengan benda-benda luaran itu adalah satu dan apabila tidak satu maka akan memunculkan adalah trend sofisme; artinya kemungkinan untuk mengenal realitas tidak akan tersedia. Filosof mengklaim bahwa kuiditas segala sesuatu memiliki efek yang tipikal. Di tempat lain kuiditas-kuiditas luaran tersebut mewujud dan tidak memiliki efek. Entitas ini disebut sebagai entitas atau wujud mental (wujud dzihn).[1]
Adanya asumsi yang mengatakan bahwa wujud eksternal segala sesuatu misalnya api berpindah ke dalam pikiran (dzihn) merupakan asumsi keliru; karena konklusinya adalah bahwa apa yang terdapat di alam eksternal yang merupakan realitasnya berubah menjadi konsep mental; artinya wujud eksternal berubah menjadi wujud internal (mental) dan hal ini tentu saja bertentangan dengan kenyataan yang ada.
Teori wujud mental meyakini bahwa kuiditas api yang terdapat di alam eksternal (luaran) adalah sesuatu yang mewujud di alam eksternal juga terdapat dalam pikiran dengan wujud internal dan demikianlah wujud eksternal dapat dipahami melalui pikiran. Di sini satu kuiditas memiliki dua tingkatan wujud, pertama di alam luaran (eksternal) dan kedua di alam pikiran (internal). Namun derajat wujud mental (pikiran) lebih lemah ketimbang wujud yang berada di alam luaran.
Boleh jadi menerima apa yang telah dikatakan bahwa satu kuiditas memiliki wujud luaran dan sama persis juga terdapat di alam pikiran sedikit agak rumit. Namun harap diperhatikan bahwa berdasarkan konsep kehakikian wujud dan gradasi wujud hal ini merupakan suatu hal yang dapat diterima dan mungkin saja satu kuiditas mewujud dengan memiliki dua tingkatan keberadaan.[2]
[1]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, Nihâyat al-Hikmah, pembahasan Wujud Dzihn.
«ان لهذه الماهیات الموجوده فیالخارج المترتبه علیها آثارها، وجود آخر لایترتب فیه آثارها الخارجیه بعینها و ان ترتبت آثار أخر غیر آثارها الخارجیه و هذا النحو من الوجود هو الذی نسمیه الوجود الذهنی»