Kesalehan (saleh) apabila telah menjadi sifat pribadi seseorang maka hal itu bermakna adanya kelayakan dan kepantasan menerima pelbagai emanasi Ilahi serta pelbagai anugerah yang tak terbatas, kedudukan-kedudukan menjulang dan rahmat khusus Ilahi. Makna ini disebutkan dalam doa Nabi Ibrahim As yang menyebutkan:
﴿رَبِّ هَبْ لی حُکْماً وَ أَلْحِقْنی بِالصَّالِحینَ﴾
“Ya Tuhan-ku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.” (Qs. Al-Syu’ara [26]:83)
Apabila sifat kesalehan telah menjadi amalan artinya menjadi sebuah perbuatan yang mendatangkan kemuliaan, kepantasan, kelayakan manusia untuk menerima pelbagai emanasi dan kemuliaan Ilahi.[1]
Jelas bahwa sifat yang disebutkan dalam pertanyaan adalah bahwa orang-orang saleh merupakan sifat yang telah terjelma dalam pribadi seseorang. [iQuest]
[1]. Sayid Abdul Husain Thayyib, Athyâb al-Bayân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 2, hal. 203, Intisyarat Islam, Tehran, 1378 S.