Berdasarkan pandangan agama dan filosofis, emanasi Tuhan bersifat permanen dan sekali-kali tidak akan pernah terputus. Ahli Irfan berkata, “Allah Swt adalah Entitas murni, intensitas dan kesempurnaan entitas-Nya yang memunculkan kecintaan untuk dapat ber-tajalli dan bermanifestasi. Zat Allah Swt adalah identik dengan cinta dan mahabbah itu sendiri. Sesuatu yang paling dicintai di sisi Allah Swt adalah memandang zat-Nya melalui entifikasi-entifikasi esensial-Nya yang disebut oleh ahli Irfan sebagai istijlâ (penampakan zat Tuhan atas zat-Nya dalam entifikasi-entifikasi). Dan istjilâ sempurna tidak akan pernah tercapai kecuali Dia telah tampak pada setiap entifikasi.[1]
Karena itu, Allah Swt adalah Mahakuasa atas segala sesuatu, Mahapemurah, Mahapenyayang dan sekali-kali tidak pernah bakhil terhadap segala sesuatu yang memiliki potensi untuk mewujud, yaitu tidak mustahil secara rasional. Dengan kata lain, makhuk yang memiliki potens mewujud dan proses pewujudannya tidak mustahil secara esensial dan juga tidak meniscayakan kemustahilan,[2] maka ia akan menjadi sasaran kemurahan dan kemuliaan Tuhan dan pada gilirannya akan diciptakan oleh Allah Swt. [iQuest]