Dengan Nama-Nya Yang Mahatinggi
Pengguna Site Tanya Islam Yang Budiman,
Dalam al-Quran terdapat beberapa
ayat yang menyebutkan bahwa penciptaan wanita lebih akhir dari penciptaan pria.
Dari sebagian ayat tersebut disimpulkan bahwa Allah Swt menciptakan wanita dari
salah satu bagian eksistensi pria.
Harap Anda perhatikan beberapa ayat
berikut ini:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan
istrinya.” (Qs. al-Nisa [4]:1)
“Dia-lah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu
dan darinya Dia menciptakan istrinya, agar ia merasa tenang di sisi istrinya.” (Qs. al-A’raf [7]:189)
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian
Dia jadikan dari (sisa tanah)nya istrinya.” (Qs. al-Zumar [39]:6)
Mungkin secara tersurat dari ayat-ayat ini dapat
disimpulkan bahwa pertama-tama Nabi Adam yang diciptakan dan kemudian Allah Swt
menciptakan istrinya,
Hawa. Namun sebagaimana yang disinggung oleh sebagian ahli tafsir (mufasir)
bahwa tidak dapat ditetapkan secara
definitif dari ayat-ayat ini bahwa penciptaan wanita berasal dari tulang rusuk
kiri pria (sebagaimana sebagian riwayat menyinggung hal ini).[1]
Atas dasar itu, dapat disimpulkan bahwa penciptaan
wanita dari tulang rusuk pria tidak dapat disimpulkan dari ayat-ayat al-Quran.
Namun berbeda dengan apa yang dijelaskan dalam
pertanyaan, hal ini tidak juga bertentangan secara interminis dengan al-Quran.
Dari sisi lain, harap diperhatikan bahwa banyak
riwayat dalam literatur Ahlusunnah seperti Bukhari yang menyebutkan bahwa
penciptaan wanita dari tulang rusuk pria. Riwayat-riwayat seperti ini juga
dapat ditemukan pada sebagian literatur Syiah.[2] Namun dalam hal ini terdapat
dua persoalan penting yang harus mendapat perhatian sebagai berikut:
Pertama: Riwayat-riwayat ini meski berjumlah
banyak namun terdapat beberapa riwayat lainnya yang disebutkan dalam
literatur-literatur muktabar Syiah yang menolak hal ini atau melihatnya dengan
cara lain. Dalam hal ini, kami meminta Anda untuk mencermati dua riwayat berikut ini:
1. Zurarah bin A’yan
meriwayatkan dari Imam Shadiq As yang ditanya terkait dengan proses penciptaan
Hawa. Disampaikan kepada Imam Shadiq As bahwa orang-orang berkata, Allah Swt
menciptakan Hawa dari tulang rusuk sebelah kiri Nabi Adam! Imam Shadiq As dalam
menjawab pertanyaan ini bersabda, “Allah Swt Mahasuci dari perbuatan seperti
ini! Apakah orang yang meyakini hal ini menganggap Tuhan tidak mampu
menciptakan seorang istri bagi Nabi Adam selain dari tulang rusuknya sehingga
keburaman (dan keraguan) muncul bagi para pembual bahwa Nabi Adam menikah
dengan badannya sendiri?! Keyakinan seperti apakah ini yang diyakini oleh
sebagian orang? Allah Swt sendiri yang akan mengadili antara kita dan mereka![3]
2. Amru bin Abi
al-Muqaddam meriwayatkan dari ayahnya yang berkata, “Saya bertanya kepada Imam
Baqir As, ‘Bagaimanakah Allah Swt menciptakan Hawa?’
“Apa yang disampaikan oleh orang-orang
dalam hal ini? Tanya Imam Baqir As.
“Mereka berkata bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam.” Jawabku.
“Mereka berkata dusta, memangnya Allah Swt tidak
mampu menciptakan Hawa selain dari tulang rusuk Adam? Tanya Imam Baqir kembali.
“Semoga saya menjadi tebusan Anda. Lantas
bagaimana Hawa diciptakan?” Tanyaku.
“Ayahku meriwayatkan dari datukku yang bersabda,
“Rasulullah Saw bersabda, ‘Allah Swt menggengam segenggam tanah dan mencampurnya
dengan tangan kanan-Nya, kedua tangan-Nya adalah kanan,[4] kemudian Allah Swt
menciptakan Adam dengan tanah itu dan terdapat kelebihan dari tanah itu lalu
Allah Swt menciptakan Hawa dari kelebihan tanah itu.”[5]
Mendiang Allamah Majlisi dalam menganalisa
kontradiksi di antara dua riwayat ini menjelaskan bahwa riwayat-riwayat yang
menyatakan bahwa penciptaan Hawa dari tulang rusuk sebelah kiri Adam
disampaikan entah dalam kondisi taqiyyah dan rasa takut untuk menentang
pemikiran yang ada pada masa itu atau maksud Imam pada hakikatnya bahwa
penciptaan Hawa adalah berasal dari kelebihan tanah Adam bukan benar-benar
diciptakan dari Adam itu sendiri.[6]
Kedua: Kita tahu bahwa dalam kondisi normal setiap
manusia terlahir dari ayah dan ibunya. Eksistensinya bersumber dari kedua orang
tuannya. Namun hal ini serta merta tidak menjadi dalil keunggulan dan
superioritas bagi orang tua dari sisi kemanusiaan dan boleh jadi anak-anaklah,
yang pada hakikatnya merupakan belahan jiwa dan wujud kedua orang tua, yang lebih
unggul dan superior dari orang tuanya. Dalam hal ini, dewasa ini, terdapat
pembahasan baru dengan judul kloning yang dengan menggunakan bagian dari
entitas-entitas hidup, entitas yang mirip dapat dibuat dimana dalam hal ini
entitas kedua memiliki nilai mandiri dan tersendiri bagi dirinya.
Dengan menyimak atas apa yang diuraikan, bahkan
sekiranya kita menerima anggapan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk pria
atau apabila sesuai dengan sebagian pandangan, dari sisi level
penciptaan,,wanita berada pada tingkatan selanjutnya setelah pria, mereka dapat
seperti atau lebih tinggi dari mereka dalam ibadah dan penghambaan kepada Allah
Swt dan melangkah menuju kesempurnaan. [iQuest]
Sumber: Islam Quest
[1] Thabathabai,
Muhammad Husain, al-Mizān fi Tafsir al-Qur’ān, jil. 4, hal. 136, Daftar Intisyarat
Islami Jami’ah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qum, 1417.
[2] Majlisi, Muhammad Baqir, Bihār al-Anwār, jil. 11, hal. 97, Muassasah
al-Wafa, Beirut, 1404 H.
[3] Syaikh
Shaduq, Man Lā Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 3, hal. 379, hadis
4366, Intisyarat Jami’ah Mudarrisin, Qum, 1413 H.
[4] Jelas
bahwa ungkapan ini merupakan kiasan dari kekuasaan Ilahi tidak menunjukkan
bahwa Tuhan itu berbentuk.
[5] Tafsir ‘Ayyāsyi, jil. 1, hal. 216, Capkhaneh Ilmiah,
Tehran, 1380 H.
[6] Majlisi,
Muhammad Baqir, Bihār al-Anwār, jil. 11, hal. 116.