Dengan Nama-Nya Yang Mahatinggi
Pengguna Site Tanya Islam Yang Budiman
Tuhan memiliki sifat-sifat yang selaras dengan kesempurnaan yang ada pada zat-Nya, sperti ilmu, kodrat, hayat, dll. Manusia juga dapat disifati dengan sifat-sifat tersebut. Iapun –dengan izin Tuhan– punya pegetahuan, memiliki kekuatan, dan daya hidup. Akan tetapi kualitas Tuhan dalam hal ini berbeda dengan sifat sifat makhluk-Nya pada dua tinjauan:
Sebagai contoh: Tuhan yang juga sebagai entitas tak terhingga dalam hal kodrat dan irâdah (kehendak), dan pada saat yang sama teratur secara sistemis dimana yang demikian itu tidak muncul dengan sendirinya, hal tersebut tentunya manyatakan kebijaksanaan dan kemaslahatan. Makna hikmat Tuhan ialah membawa segala sesuatu menuju puncak dan kesempurnaan wujudnya. Akan tetapi pengertian hikmat pada manusia yaitu ia melakukan sesuatu agar dirinya sampai ke puncak dan kesempurnaan; karena wujud musabbab (akibat) sendiri beserta korelasi dan hubungannya dengan “sebab” adalah satu dan bukan dua obyek yang memungkinkan terdapat asumsi pemisahan padanya.
Jadi irâdah Tuhan adalah irâdah yang saling terkait antara ia dengan sebab khususnya, dan irâdah “sebab” tersebut juga sama dengan irâdah yang saling terkait antara ”sebab” tersebut dan sebab khususnya, hingga sampai pada sebab dimana irâdah sebab tersebut sama-dengan hubungan dengan zat yang Hak, dan irâdah Hak sama dengan irâdah semua entitas dan seluruh hubungan beserta segala macam sistem penciptaan.
Sifat hikmat ialah kearifan dan kebijaksanaan, dimana hal itu valid terhadap Tuhan dan manusia pada dua varian. Kebijaksanaan manusia bermakna bahwa dalam setiap aktifitas ia memiliki maksud yang rasional dan pada tindakan-tindakannnya memilih tujuan dan perangkat tebaik untuk sampai pada tujuan-tujuan tersebut.
Namun Tuhan yang Maha Kaya secara mutlak dan absolut tidak mencari tujuan, sama sekali tidak dapat diasumsikan bahwa Tuhan punya kekurangan sehingga Ia ingin mencarinya. Kebijaksanaan-Nya adalah dalam artian membawa seluruh makhluk menuju kesempurnaan yang sepatutnya hingga pada batas yang mungkin bagi mereka, urusan Dia adalah mencipta yaitu mengantarkan menuju kesempurnaan wujud atau mengatur dan menyempurnakan, serta membimbing segala sesuatu ke arah kesempurnaan-kesempurnaan kedua mereka yaitu bentuk lain dari membawa segala sesuatu menuju kesempurnaan-kesempurnaannya. [Tanya Islam.Net]