Apa penafsiran ayat 26, 27, dan 28 surah al-Ahqaf? Apakah terdapat hubungan di antara ayat-ayat tersebut?

Tidak ada disebutkan tentang sebab-sebab pewahyuannya atau apa yang dikenal sebagai sya’n al-nuzul (asbab al-nuzul) sehubungan dengan ayat ini. Ayat-ayat ini berisikan ancaman kepada orang-orang kafir dan musyrik Mekkah. Ayat-ayat ini pada dasarnya kesimpulan dari ayat-ayat sebelumnya terkait dengan azab pedih dan hukuman keras yang menimpa kaum Ad.
Allah Swt mengalamatkan ayat-ayat ini kepada kaum musyrik Mekkah. Dengan menjelaskan nasib yang menimpa kaum Ad, Allah Swt memberitahukan pelajaran dan ibrah yang harus diambil oleh kaum musyrik Mekkah. Allah Swt menyatakan “Wahai kaum Quraisy, bangsa Ad dari sudut pandang materi memiliki kondisi yang kalian tidak miliki, dan juga dengan perantara pemahaman dan identifikasi serta seluruh tipuan yang umumnya digunakan manusia ketika harus menghadapi pelbagai kesusahan dan menghindari pelbagai peristiwa yang memilukan, namun pada akhirnya tidak media pemahaman juga tidak tipuan-tipuan ini sama sekali berguna untuk mereka. Namun demikian apabila kalian disebabkan oleh pengingkaran terhadap ayat-ayat Tuhan juga tertimpa petaka yang sama, apa yang kalian miliki untuk dapat terhindar dan aman dari azab Tuhan?
Kami telah membinasakan kaum-kaum pembangkang di sekeliliking kalian. Orang-orang yang tidak terlalu jauh tempat kediamannya dari kalian dan kurang lebih sama-sama berada di semenanjung Arabia. Mereka hidup di kawasan ini dan disebabkan oleh dosa-dosa, pembangkangan dan kekufuran, mereka tertimpa beragam azab yang pedih. Masing-masing dari semua ini merupakan ibrah dan pelajaran, masing-masing merupakan bukti dan saksi hidup, bagaimana dengan seluruh tanda-tanda yang membangunkan ini, kalian masih juga tidak mau bangun dan terjaga? Allah Swt sebagai kelanjutannya mencela mereka dan dengan tegas mengingatkan mereka lantas mengapa tuhan yang kalian pilih sebagai sesembahan dan kalian anggap dapat mendekatkan diri kalian kepada Tuhan, pada saat-saat genting seperti itu tidak datang menolong kalian?”
 
Sebelum memulai menafsirkan ayat-ayat yang menjadi obyek pertanyaan harus dikatakan terlebih dahulu bahwa ayat-ayat ini tidak disebutkan sebab-sebab pewahyuannya.
Mengingat pertanyaannya tentang tiga ayat pada surah al-Ahqaf, sejalan dengan itu, kami akan membagi tiga bagian penafsiran ini berdasarkan urutan ayat sebagaimana berikut:
  1. Al-Quran dalam hubungannya dengan kaum Ad menyatakan:
«وَ لَقَدْ مَکَّنَّاهُمْ فیما إِنْ مَکَّنَّاکُمْ فیهِ وَ جَعَلْنا لَهُمْ سَمْعاً وَ أَبْصاراً وَ أَفْئِدَةً
فَما أَغْنى‏ عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلا أَبْصارُهُمْ وَلا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَیْ‏ءٍ إِذْ کانُوا یَجْحَدُونَ
بِآیاتِ اللهِ وَ حاقَ بِهِمْ ما کانُوا بِهِ یَسْتَهْزِؤُونَ»
“Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kekuatan kepada mereka yang belum pernah Kami berikan kepadamu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.” (Qs. Al-Ahqaf [46]:26)
Nada ayat ini berisi lontaran ancaman kepada orang-orang kafir dan musyrik Mekkah. Ayat ini pada hakikatnya merupakan kesimpulan dari ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang azab pedih yang menimpa kaum Ad.
Allah Swt mengalamatkan ayat-ayat ini kepada kaum musyrik Mekkah dan berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kekuatan kepada mereka yang belum pernah Kami berikan kepadamu.” Baik dari sisi kekuatan fisik mereka lebih kuat daripada kalian, juga dari sisi harta dan kekayaan mereka lebih mampu dan kaya dari kalian. Sekiranya kekuatan fisik, harta dan kekayaan serta peradaban materi dapat menyelamatkan manusia dari cengkeraman azab Ilahi, maka tidak seharusnya kaum Ad ini laksana anai-anai di  hadapan angin puting beliung mudah disapu ke sana dan kemari, dan tiada yang tersisa dari mereka kecuali bangunan-bangunan puing yang berantakan. Ayat ini pada hakikatnya mirip dengan apa yang dinyatakan dalam surah al-Fajr yang disebutkan terkait dengan kaum Ad:
«أَ لَمْ تَرَ کَیْفَ فَعَلَ رَبُّکَ بِعادٍ.إِرَمَ ذاتِ الْعِمادِ.الَّتِی لَمْ یُخْلَقْ مِثْلُها فِی الْبِلادِ»
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhan-mu memperlakukan kaum ‘Ad. (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain.” (Qs. Al-Fajr [89]:6-8)
Atau seperti pada ayat 36 surah Qaf yang menyebutkan:
«وَ کَمْ أَهْلَکْنا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشاً»
Dan berapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini.
Artinya mereka yang nota-bene lebih kuat dan perkasa ternyata tidak mampu menghadapi taufan hukuman Ilahi apatah lagi kalian yang lebih lemah dari mereka dari segala sisi.
Sebagai kelanjutan dari ayat 26 surah al-Qaf:
“Dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati.” Mereka dari sudut pandang pemahaman, pencerapan dan identifikasi pelbagai realitas juga lebih kuat, mereka memahami pelbagai persoalan dengan baik dan dari pelbagai anugerah Ilahi ini mereka memanfaatkan semaksimal mungkin untuk tujuan-tujuan materi, namun telinga, mata dan akal mereka sama sekali tidak bermanfaat tatkala turunnya azab Ilahi; karena mereka mengingkari ayat-ayat Tuhan dan apa yang mereka olok-olok menjadi kenyataan menimpa mereka sendiri.
Kaum Ad juga dilengkapi dengan media-media materi dan juga media-media untuk memahami hakikat, namun karena keras kepala dan bersikap congkak dalam berhadapan dengan ayat-ayat Ilahi, serta mengolok-olok sabda-sabda para nabi, cahaya kebenaran serta merta juga tidak masuk dalam hati-hati mereka. Dan sikap congkak dan pongah, bermusuhan dengan kebenaran telah menjadi sebab mereka tidak dapat memanfaatkan dengan baik media-media petunjuk dan pengenalan (mata, telinga dan akal), untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan. Dan kesudahannya mereka tertimpa akibat buruk yang telah disinggung pada ayat-ayat sebelumnya. Al-Quran menyatakan kepada kaum Musyrik Mekkah, “Mereka yang memiliki segala kekuatan dan fasilitas tidak dapat memperoleh apa-apa dan tubuh-tubuh tanpa jiwa mereka laksana berada di bawah serangan gelombang puting beliung, dengan segala kehinaan diterbangkan ke sana ke mari. Kalian yang lebih lemah dan lebih tidak berdaya, sedemikian mudahnya bagi Allah Swt menimpakan azab dan menghancurkan hidup kalian disebabkan oleh perbuatan-perbuatan jahat kalian.
Seruan ini ditujukan kepada kaum musyrik Mekkah, dan seluruh manusia congkak, zalim dan keras kepala sepanjang sejarah supaya sadar dan mawas diri, bahwa meski Kami telah menganugerahkan kepada kaum Ad telinga yang mendengar, mata yang melihat dan daya pemahaman; artinya Kami berikan kepada mereka seluruh dimensi kemanusiaan, baik dari sisi kekuasaan dan kekuatan fisik, juga dari sisi kekuaatan jiwa, namun dengan semua ini, mereka tidak dapat memanfaatkan dengan baik karunia-karunia Ilahi ini dan memperoleh kebahagiaan dan kemuliaan spiritual bagi dirinya. Sebaliknya, mereka menggunakan seluruh karunia ini untuk bersenang-senang, mengingkari ayat-ayat Tuhan serta mengolok-ngolok para nabi Allah Swt. Akibatnya mereka terpuruk dalam azab Ilahi dan hasil dari olok-olok ini menjadi bumerang bagi mereka dan kembali kepada mereka sendiri.
Ringkasnya makna ayat ini adalah “Wahai kaum Quraisy, bangsa Ad dari sudut pandang materi memiliki kondisi yang kalian tidak miliki, dan juga dengan perantara pemahaman dan identifikasi serta seluruh tipuan yang umumnya digunakan manusia ketika harus menghadapi pelbagai kesusahan dan menghindari pelbagai peristiwa yang memilukan, namun pada akhirnya tidak media pemahaman juga tidak tipuan-tipuan ini sama sekali berguna untuk mereka. Namun demikian apabila kalian disebabkan oleh pengingkaran terhadap ayat-ayat Tuhan juga tertimpa petaka yang sama, apa yang kalian miliki untuk dapat terhindar dan aman dari azab Tuhan?[1]
 
  1. Sebagai kelanjutan dari ayat di atas, untuk penegasan atas masalah ini, dan nasihat serta pelajaran, al-Quran mengalamatkan kepada kaum musyrik Mekkah bukan hanya kepada kaum Ad:
«وَلَقَدْ أَهْلَکْنَا مَا حَوْلَکُم مِّنَ الْقُرَىٰ وَصَرَّفْنَا الْآیَاتِ لَعَلَّهُمْ یَرْجِعُونَ»
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertobat).” (Qs. Al-Ahqaf [46]:27)
Ayat ini adalah kelanjutan dari ayat sebelumnya dan menyebutkan, sebagaimana Kami telah binasakan kaum Ad akibat penentangan mereka dengan para nabinya, kaum penentang di sekeliling kalian  yaitu orang-orang yang tinggal di sekitar Mekkah juga kami telah binasakan. Mereka adalah orang-orang yang tempat tinggalnya tidak jauh dari kalian dan kurang lebih di sekitar semenanjung Arabiyah.
Kaum Hud di Yaman, kaum Saleh di Hijr, kaum Luth di Sadum, dan kaum Tsamud yang tinggal di daerah perjalanan menuju Syam (Suriah) yang menjadi lintasan kalian. Saksikanlah dan ambillah pelajaran, setelah berulang kali Kami tunjukkan ayat-ayat dan tanda-tanda kekuasaan Kami dengan harapan boleh jadi mereka kembali (taubat) dari kekufuran kepada iman, tatkala mereka tidak kembali, kami timpakan azab sebagai hukuman atas perbuatan-perbuatan mereka.
Terkadang dengan mukjizat-mukjizat dan perbuatan adikorati Kami tunjukkan kepada mereka, terkadang melalui perantara nikmat, dan terkadang melalui musibah dan bencana, terkadang melalui deskripsi orang-orang saleh, terkadang dengan menjelaskan orang-orang jahat, terkadang melalui azab yang menyeluruh yang menimpa kaum lainnya, kami tunjukkan pelajaran dan nasihat kepada mereka. Namun sikap congkak, sombong dan ego serta keras kepala tidak memberikan ruang bagi mereka untuk menerima petunjuk!
Ayat ini merupakan nasihat lainya dan pada hakikatnya bukti nyata dalam hubungannya dengan pengaruh syirik dan maksiat; artinya kami jelaskan ayat-ayat Kami dalam bentuk yang beragam kepada mereka supaya kembali ke jalan tauhid, namun tidak ada gunanya bagi mereka.
Ayat ini juga menyinggung persoalan krusial lain bahwa Allah Swt sebelum menuntaskan hujjah tidak akan mengazab seseorang. Dia menampakkan ayat-ayat-Nya dalam format yang beraneka macam. Terkadang dengan mukjizat, terkadang dengan ancaman dan peringatan, terkadang dengan janji surga dan nikmat-nikmat surgawi, terkadang nikmat-nikmat dan pengaruh kekuasaan-Nya, terkadang dengan kefakiran dan kesulitan hidup, dan seterusnya sehingga dengan cara demikian boleh jadi mereka berpikir secara sadar dan meninggalkan sikap keras kepala. Setelah mereka mengetahui dan memahami akibat dari pengingkaran, penentangan dan gangguan kepada para nabi dan orang-orang beriman, mereka akan ditimpakan azab sehingga dengan pemberian peringatan ini boleh jadi orang lain dapat mengambil pelajaran dan terjaga.[2]
 
  1. Ayat terakhir yang menjadi obyek bahasan, mereka menjadi sasaran kecaman dan dengan penjelasan yang sarkastis seperti ini:
«فَلَوْلا نَصَرَهُمُ الَّذینَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللهِ قُرْباناً آلِهَةً
بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَ ذٰلِکَ إِفْکُهُمْ وَما کانُوا یَفْتَرُونَ»
Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka? “(Bukan hanya tidak menolong mereka) Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka. Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan. (Qs. Al-Ahqaf [46]:28)
Kalau memang sesembahan ini berada dalam kebenaran, lantas mengapa ia tidak menolong para pengikutnya ketika didera musibah dan penderitaan  serta dapat selamat dari azab-azab yang pedih? Hal ini merupakan dalil kukuh atas kebatilan akidah mereka yang menjadikan dan menganggap sesembahan buatan ini sebagai tempat berlindung pada masa-masa sulit. Kemudian ayat tersebut mengakhiri, “(Bukan hanya tidak menolong mereka) Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka. “
Entitas-entitas tanpa nilai dan tidak berharga yang sama sekali tidak memiliki efek dan tidak berguna, tatkala diperlukan pertolongannya sama sekali tidak dapat membantu, lantas bagaimana mereka layak disembah? Di penghujung ayat ini, al-Quran membongkar kedok mereka, “Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.
Kebinasaan dan kecelakaan ini, azab-azab pedih dan hilangnya sesembahan tatkala turunnya hukuman Ilahi adalah hasil dari kebohongan-kebohongan, anggapan-angapan dan terkaan-terkaan kosong mereka.[3] Hal ini menyinggung persoalan bahwa apabila mereka memiliki kedudukan dan posisi di sisi Allah Swt maka seharusnya tuhan yang mereka sembah yang menyelamatkan mereka dari azab bukan menjerumuskan diri dalam azab dan menghilangkan diri mereka. 
 
 

[1]. Silahkan lihat, Sayid Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 18, hal. 213-214, Daftar Intisyarat Islami, Qum, 1417 H; Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 21, hal. 359-364, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, 1374 S; Sayidah Nusrat Banu Amin, Makhzan al-‘Irfân dar Tafsir al-Qur’ân, jil. 13, hal. 145-146, Nehdhat Zanan Musalman, Tehran, 1361 S.  
[2]. Silahkan lihat, Fadhl bin Hasan Thabarsi, Majma’ al-Bayân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 9, hal. 138, Nasir Khusruw, Tehran, 1372 S; Makhzan al-‘Irfân dar Tafsir al-Qur’ân, jil. 13, hal. 146-147; Tafsir Nemune, jil. 21, hal. 361-362.  
[3]Makhzan al-‘Irfân dar Tafsir al-Qur’ân, jil. 13, hal. 147; Tafsir Nemune, jil. 21, hal. 362-363.
© 2024 Tanya Islam. All Rights Reserved.